Minggu, 10 Juni 2012

PERANG MU'TAH

Peperangan ini tercatat di dalam sejarah sebagai sebuah peperangan besar, di mana tentara Islam yang berjumlah 3.000 orang melawan 200.000 tentara Romawi Nasrani. Sekalipun demikian dahsyatnya peperangan Mu’tah, sahabat yang mati syahid hanya 12 orang, dan mereka memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mendakwahi dan memerangi manusia hingga mereka mengikrarkan kalimat tauhid. Maka kemuliaan bagi yang mengikuti agamanya dan kehinaan bagi yang menyelisihinya.
Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai dakwah dari kerabatnya yang terdekat dari kabilah Quraisy lalu bangsa Arab secara umum dan siapa saja yang dekat atau datang kepadanya dari berbagai penjuru, maka demikian pula beliau memerangi musuh pertama yang terdekat yaitu kafir Quraisy para penyembah berhala kemudian bagnsa Arab di sekitar Mekah dan Madinah dan lainnya lalu ahli kitab dari bangsa Yahudi di Madinah dan sekitarnya.
Dan sekarang tiba saatnya untuk memerangi bangsa Romawi yang beragama Nasrani dan nanti akan tiba gilirannya memerangi kaum Majusi para penyembah api dan seluruh umat kafir hingga agama Allah tinggi dan jaya di permukaan bumi, di atas semua agama sekalipun orang-orang kafir benci dengan kemenangan Islam. Inilah Islam dan inilah jihad yang merahmati umat manusia dan tidak membiarkan mereka berlarut-larut dalam laknat Allah dengan tetap dalam kekafiran, tetapi Islam mengeluarkan mereka dari kegelapan syirik dan kufur kepada cahaya Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah takjub dengan orang-orang yang masuk surga dalam keadaan diikat rantai besi.” (HR. Bukhari). Maksudnya bahwa mereka tertawan oleh tentara Islam lalu diikat dengan rantai besi kemudian digiring ke negeri Islam dan akhirnya mereka masuk Islam sehingga berbahagia dengan surga.
Dan termasuk hikmah ilahiyyah tatkala orang-orang kafir dari berbagai bangsa tidak bersatu padu dalam satu waktu untuk menyerang kaum muslimin. Tatkala kafir Quraisy memerangi kaum muslimin, maka bangsa Arab lainnya diam menunggu hasil dari Quraisy. Ketika seluruh bangsa Arab dan Yahudi bersekutu memerangi kaum muslimin, maka umat Nasrani diam menunggu hasil peperangan tersebut. Demikian pula tatkala umat Islam berperang melawan Romawi, maka bangsa Persia Majusi diam menunggu hasil peperangan ini hingga semua bangsa dan semua agama ditundukkan oleh kaum muslimin. Firman Allah:
خَيْرًا وَكَفَى اللهُ الْمُؤْمِنِينَ الْقِتَالَ
Dan Allah memelihara kaum muslimin dari peperangan.” (QS. Al Ahzab: 25)

Senin, 04 Juni 2012

SYARAH RIYADHUS SHALIHIN BAB I, HADITS NO.3 "TIDAK ADA HIJRAH SETELAH FATHUL MAKKAH"

 
HADITS NO.3
لاَ هِجْرَةَ بَعْدَ الْفَتْحِ، وَلَكِنْ جِهَادٌُ وَنِيَّةٌُ، وَإِذَا اسْتُنْفِرْتُمْ فَانْفِرُوا
3. Dari ‘Aisyah, Ia berkata, Rasulullah berkata : ”Tidak ada hijrah setelah Fathu Makkah, tetapi (yang ada adalah) jihad dan niat. Maka apabila kalian diperintahkan jihad, maka berangkatlah” (HR. Bukhari  dan Muslim).
Artinya : Tidak ada hijrah dari Makkah, karena ia sudah menjadi Darul Islam atau Negeri Islam.

Pengesahan Hadits :
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari (VII/226 – Fath). Imam Muslim (1864). Dalam Bab tersebut dari Ibnu Abbas menurut riwayat al-Bukhari (VI/3 – Fath).

Kosa kata Asing :
اَلفَتْحُ : Pembebasan kota Makkah.
نِيَّةٌ     : Mengikhlaskan amal perbuatan hanya karena Allah
اُسْتَنْفِرْ تُمْ  : Permintaan Imam (Pimpinan kaum muslimin) kepada kalian untuk pergi berjihad melawan musuh

Rabu, 30 Mei 2012

SYARAH RIYADHUS SHALIHIN BAB I, HADITS NO.2 (SETIAP ORANG AKAN DIBANGKITKAN DENGAN NIAT MASING-MASING MEREKA)

Hadits No.2

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ زَكَرِيَّاءَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سُوقَةَ عَنْ نَافِعِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ قَالَ حَدَّثَتْنِي عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَغْزُو جَيْشٌ الْكَعْبَةَ فَإِذَا كَانُوا بِبَيْدَاءَ مِنْ الْأَرْضِ يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِمْ وَآخِرِهِمْ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِمْ وَآخِرِهِمْ وَفِيهِمْ أَسْوَاقُهُمْ وَمَنْ لَيْسَ مِنْهُمْ قَالَ يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِمْ وَآخِرِهِمْ ثُمَّ يُبْعَثُونَ عَلَى نِيَّاتِهِمْ

Dari Ummul Mukminin Ummu “Abdillah ‘Aisyah, ia berkata, Rasulullah pernah bersabda : “Nanti akan ada sekelompok pasukan yang akan menyerang Ka’bah. Kemudian ketika mereka sampai di suatu tanah lapang, mereka semua dari orang yang berada paling depan sampai paling belakang dibinasakan (ditenggelamkan ke perut bumi). ‘Aisyah berkata : “Aku bertanya, Ya Rasulullah, bagaimana mereka dibinasakan semua, orang yang berada dibarisan terdepan sampai yang paling belakang, padahal di tengah-tengah mereka terdapat pasar-pasar mereka, dan orang-orang yang bukan dari golongan mereka ?” Beliau menjawab “Mereka di binasakan semua, yang berada di baris terdepan sampai yang paling belakang, kemudian nanti mereka akan dibangkitkan sesuai dengan niat masing-masing dari mereka.” (Mutafaq ‘alaih, dan lafadz tersebut milik al-Bukhari).

Pengesahan Hadits :
Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, (IV/338-Fath) dan Imam Muslim (2884).

Kosa kata asing :
جَيْشٌ : (sekelompok bala tentara), Wallahu’alam siapa mereka itu. Tetapi lahiriyah hadits-hadits mentarjih bahwa tentara tersebut dikirim untuk memerangi Imam Mahdi ketika berlindung ke Baitullah (Ka’bah). Dan tentara itu berasal dari kalangan umat ini. Sebagaimana yang secara lantang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Mereka bukan orang-orang yang merusak Ka’bah, karena orang-orang yang merusak Ka’bah itu orang-orang Habasyah. Ada juga hal lain yang perlu dicermati, bahwa Habasyah berhasil menyerang Baitullah, tetapi tentara ini dibinasakan sebelum berhasil mencapainya.
اَلْبَيْدَاءُ : Setiap Tanah lapang yang tidak terdapat sesuatu pun diatasnya. Sebagian perawi hadits menafsirkannya sebagai tanah lapang di kota Madinah, yaitu sebuah tempat yang terletak diantara Makkah dan Madinah yang merupakan pelataran yang berada di depan Dzulhulaifah menghadap ke arah Makkah.

Senin, 28 Mei 2012

APA CIRI-CIRI AL-FIRQATUN NAJIYAH (GOLONGAN YANG SELAMAT)

Tanya :
Apa saja ciri-ciri yang menonjol pada al-Firqatun Najiyah, dan apakah tidak terpenuhinya ciri-ciri tersebut menyebabkan seseorang keluar dari al-Firqatun Najiyah ?

Jawab :
Ciri-ciri al-Firqatun Najiyah yang paling menonjol adalah berpegang teguh terhadap apa yang dianut oleh Rasulullah dari segi aqidah, ibadah, akhlaq dan mu'amalah. Pada empat masalah ini al-Firqatun Najiyah memiliki ciri-ciri yang menonjol.

Pada masalah aqidah, ia berpegang teguh dengan petunjuk Kitabullah dan Sunnah Rasul, Tauhidnya murni baik uluhiyah, rububiyah maupun asma wa shifat.

Dalam ibadah ia memiliki ciri khas yaitu kesempurnaannya dalam berpegang teguh dan pelaksanaannya terhadap apa-apa yang dianut oleh Rasulullah, dalam semua ibadah, macam-macamnya, tata caranya, kadarnya, waktunya, tempatnya dan sebab-sebabnya. Kelompok ini tidak akan membuat hal yang baru dalam agama Allah. Mereka sangat menjaga adab Allah dan Rasul-Nya sehingga mereka tidak akan lancang terhadap keduanya dengan menambahkan suatu ibadah yang tidak diijinkan oleh Allah.

Minggu, 27 Mei 2012

MERAIH KECINTAAN ALLAH

Ada sepuluh kiat untuk menggapai kecintaan Allah dan agar Allah mencintai kita :
  1. Membaca Al-Qur'an dengan merenungi kandungannya
  2. Melaksanakan amalan-amalan sunnah
  3. Selalu berdzikir pada setiap keadaan, baik dengan lisan, hati dan anggota badan
  4. Mendahulukan kecintaan Allah daripada kemauan hawa nafsu
  5. Menghayati nama dan sifat Allah
  6. Memperhatikan nikmat-nikmat Allah, baik yang lahir maupun yang batin
  7. Merendahkan hati sepenuhnya dihadapan Allah
  8. Munajat kepada Allah disaat turun-Nya (sepertiga malam terakhir), membaca kalam-Nya, menghadirkan hati dihadapan-Nya, kemudian menutup semua itu dengan taubat dan Istighfar.
  9. Berkawan denganorang-orang shaleh dan memetik buah kebaikan mereka
  10. Menjauhkan segala sebab yang dapat menghalangi antara hati dengan Allah

    Dengan sepuluh kiat ini, seorang hamba akan dapat meraih kecintaan. Kunci semua itu adalah dua hal : Kesiapan hati untuk mengamalkannya dan terbukanya pandangan. Hanya kepada Allah-lah kita memohon pertolongan.
    (Madarijus Salikin, Ibnul Qayyim 2/596-597) 

Istighfar, Kunci Rizki


Ibnu Subaih pernah berkata : “Pernah ada seorang datang mengadu kepada Hasan Bashri akan kemarau yang berkepanjangan, maka beliau berkata kepada orang tersebut: ‘Perbanyaklah Istighfar (minta ampun) kepada Allah !’, ada orang datang lagi mengeluhkan kemiskinan yang menimpanya, maka beliau berkata kepadanya : ‘Perbanyaklah Istighfar kepada Allah !’, Orang ketiga datang mengadu seraya berkata : ‘Tolong doakan saya agar di karuniai anak.’ Beliaupun menjawab : ‘Perbanyaklah Istighfar kepada Allah !’ Orang keempat datang juga mengeluhkan kebunnya yang gersang, beliau pun berkata : ‘Perbanyaklah Istighfar kepada Allah !’ Kami pun heran akan jawabannya yang selalu itu, tak berubah dan menanyakannya kepada beliau, lalu beliau berkata : “Jawaban itu bukan dariku, bukankah Allah telah berfirman dalam Surat Nuh : 10-11

 فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا
يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا
 وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا

10. Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya
  
   Dia adalah Maha Pengampun-,
11. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat,
12. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan Mengadakan untukmu kebun-kebun
    
 dan Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.
(al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, al-Qurthubi 18/261)

Jumat, 25 Mei 2012

TAFSIR IBNU KATSIR SURAH AL-FATIHAH (BAG-1)


AL-FAATIHAH ( Pembukaan ) 
Surah Makkiyah Surah ke-1 : 7 ayat 

Pendahuluan 
Abu Bakar bin al-Anbari meriwayatkan dari Qatadah, ia menuturkan, surat-surat dalam al-Qur’an yang turun di madinah adalah surat al-Baqarah, Ali ‘Imran, an-Nisaa, al-Maaidah, Baraa-ah, ar-Ra’d, an-Nahl, al-Hajj, an-Nuur, al-Ahzab, Muhammad, al-Hujuraat, ar-Rahman, al-Hadiid, al-Mujadilah, al-Hasyr, al-Mumtahanah, ash-Shaff, al-Jumu’ah, al-Munaafiquun, at-Taghaabun, at-Thalaaq, dan ayat “Yaa ayyuhannabiyyu lima tuharrimu” sampai pada ayat ke sepuluh, al-Zalzalah, dan an-Nashr. Semua surat itu di turunkan di madinah, sedangkan surat-surat lainnya di turunkan di Makkah. 

Jumlah ayat di dalam al-Qur’an ada 6.000 ayat. Para ulama berbeda pendapat mengenai jumlah yang lebih dari enam ribu tersebut. Ada yang menyatakan tidak lebih dari enam ribu tersebut, ada pula yang menyatakan jumlahnya 6236 ayat. Yang terakhir ini disebutkan oleh Abu ‘Amr ad-Dani dalam kitabnya al-Bayan.

 Mengenai jumlah kata, menurut al-Fadl bin Syadzan dari ‘Atha’ bin Yasar, ada 77.439 kata. Sedangkan mengenai hurufnya, Salam Abu Muhammad al-Hamami mengatakan, al-Hajaj (al-Hajaj binYusuf) pernah mengumpulkan Qurra’ (ahli bacaan Qur’an), huffadz (para penghafal Qur’an) dan kuttab (para penulis Qur’an), lalu ia mengatakan : “ Beritahukan kepadaku mengenai al-Qur’an secara kesuluruhan, berapa hurufnya ?” Setelah dihitung, mereka sepakat bahwa jumlahnya 340.740 huruf. Kemudian al-Hajjaj mengatakan : “Sekarang beritahukan kepadaku mengenai pertengahan al-Qur’an.” Ternyata, pertengahan al-Qur’an itu adalah huruf “ fa” dalam kalimat “walyatalatthaf” pada surah al-Kahfi. 

Rabu, 23 Mei 2012

SYARAH RIYADHUS SHALIHIN BAB I (HADITS NO.1) IKHLAS DAN MENGHADIRKAN NIAT DALAM SEMUA PERBUATAN DAN UCAPAN, BAIK YANG TERANG-TERANGAN MAUPUN YANG SEMBUNYI

HADITS NO. 1

عن أمـيـر المؤمنـين أبي حـفص عمر بن الخطاب رضي الله عنه ، قال : سمعت رسول الله صلى الله عـليه وسلم يـقـول : ( إنـما الأعـمـال بالنيات وإنـمـا لكـل امـرئ ما نـوى . فمن كـانت هجرته إلى الله ورسولـه فهجرتـه إلى الله ورسـوله ومن كانت هجرته لـدنيا يصـيبها أو امرأة ينكحها فهجرته إلى ما هاجر إليه ). رواه إمام المحد ثين أبـو عـبـد الله محمد بن إسماعـيل بن ابراهـيـم بن  المغـيره بن بـرد زبه البخاري وابـو الحسـيـن مسلم بن الحجاج  بن مـسلم القـشـيري الـنيسـابـوري في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفه


1. Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh ‘Umar bin al-Khatab bin Nufail bin ‘abdil ‘Uzza bin Ka’ab bin Lu-ay bin Ghalib al-Qurasyiyyi al-‘Adawi, ia berkata, aku telah mendengar Rasulullah bersabda : “Amal perbuatan itu tergantung pada niatnya dan seseorang akan memperoleh sesuai dengan apa yang diniatkannya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barang siapa yang hijrahnya untuk kesenagan dunia yang didapatnya, atau karena wanita yang akan dinikahinya. Maka hijrahnya itu kepada hanya kepada apa yang diniatkannya.” (Muttafaq ‘alaihi)
Diriwayatkan oleh dua Imam  Ahli Hadits : Abu ‘Abdillah bin Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim  bin al-Mughirah bin Bardzbah al-Ju’fi al-Bukhari dan Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi an-Nasaiburi dalam kedua kitab shahihnya, yang keduanya merupakan kitab yang paling shahih diantara kitab-kitab lainnya.

Pengesahan Hadits :
Diriwayatkan oleh al-Bukhari (I/9-Fath), dan Muslim (1907).
Telah dinukil secara mutawatir (perkataan) dari para Imam dalam menghormati nilai Hadits ini. Tidak ada dalam Hadits Nabi yang lebih mencakup dan memadai serta lebih bermamfaat darinya, Sebab, ia merupakan salah satu Hadits yang menjadi poros Islam.

Senin, 21 Mei 2012

Apakah Nabi Shalallahu 'Alaihi wassalam Diciptakan dari Cahaya?

Tanya : "Sesungguhnya banyak orang yang meyakini bahwa segala sesuatu
diciptakan dari Nur (cahaya) Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam, dan
cahayanya diciptakan dari cahaya Allah. Mereka meriwayatkan (satu hadits): "Aku
adalah cahaya Allah dan segala sesuatu berasal dari cahayaku." Mereka pun
meriwayatkan hadits: "Aku adalah 'arab tanpa huruf 'ain, maksudnya Rab. Dan aku
adalah ahnmad tanpa huruf mim maksudnya ahad." Apakah riwayat ini ada asalnya ?

Jawab : Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi
Wassalamtelah menerangkan tentang sifat dirinya bahwa dia adalah cahaya dari
cahaya Allah. Kalau maksud perkataan itu adalah bahwa dia cahaya yang berupa
zat dari cahaya Allah, maka ini menyimpang dari Al-Quran yang menunjukan
kemanusiaan beliau. Tapi apabila maksudnya bahwa dia adalah cahaya dalam arti
ajaran yang dibawanya berupa wahyu menjadi sebab ditunjukinya orang-orang
yang Allah kehendaki dari kalangan makhluknya, maka ini benar.

PETUNJUK TERBAIK HANYA ADA DI AL-QUR'AN Tafsir Surat Al-Isra ayat:9

 ان هذا القرءان يهدى للتى هى اقوم

"Sesungguhnya Al-Qur`ân ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus ….[al-Isrâ`/17:9]

Dalam ayat mulia ini, Allah Jalla wa 'Ala menyampaikan pujian terhadap kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya, Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, yaitu Al-Qur`ân, sebagai kitab samawi paling agung dan paling luas cakupannya menyangkut semua jenis ilmu, kitab paling terakhir, bersumber dari Rabbul-'Alamîn. Dengan dalil-dalil, hujjah-hujjah, aturan-aturan, dan nasihat-nasihat yang dikandungannya, Al-Qur`ân ini menjadi faktor banyaknya manusia yang memperoleh hidayah, dan ia mengantarkan kepada jalan yang lebih lurus dan lebih terang. Maksudnya, petunjuk Al-Qur`ân lebih lurus, adil, dan paling benar dalam persoalan aqidah (keyakinan), amalan-amalan dan akhlak [1].

Minggu, 20 Mei 2012

Download Murottal Syaikh Mishari Rashid MP3









Mendengarkan bacaan Al-Qur'an adalah termasuk Ibadah bagi kita umat Islam, apalagi bacaan tersebut baik dan benar menurut kaidah ilmu Tajwid ditambah lagi dibaca oleh seorang Qori bersuara emas, inilah dia Syaikh Mishari Rashid, seorang Qori yang berasal dari Kuwait, silahkan bagi yang ingin download klik di disini

BATALKAH WUDHU' DISEBABKAN KELUARNYA DARAH ?











Tanya:
Mohon penjelasan tentang apakah keluarnya darah dapat membatalkan shalat?

Jawab:
Alhamdulillah, kami belum mendapatkan dalil syar'i yang menjelaskan bahwa
keluarnya darah selain darah haidh dapat membatalkan wudhu'. Pada dasarnya ia
tidak membatalkan wudhu'. Kaidah asal dalam masalah ibadah adalah tauqifiyah
(hanya boleh ditetapkan dengan dalil). Seseorang tidak boleh menetapkan
bentuk-bentuk ibadah tertentu kecuali dengan dalil. Sebagian ahli ilmu berpendapat
bahwa jika darah yang keluar sangat banyak maka batallah wudhu'nya kecuali
darah haidh (yang sedikit atau banyak tetap membatalkan wudhu'). Namun bila
orang yang mengeluarkan darah tadi mengulangi wudhu'nya sebagai tindakan
antisipatif dan guna menghindarkan diri dari perbedaan pendapat, tentunya hal itu
lebih baik lagi. Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam:
"Tinggalkanlah perkara yang meragukanmu kepada perkara yang tidak
meragukan."
H.R An-Nasa'i VIII/328, At-Tirmidzi VII/221 (lihat Tuhfatul Ahwadzi), Al-Hakim II/13
dan IV/99
(Dinukil dari Fatawa Lajnah Daimah V/261. Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al Ilmiyah
wal Ifta, Dewan Tetap Arab saudi untuk riset-riset ilmiyah dan fatwa)

'AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH

PENGERTIAN ‘AQIDAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH

A. Definisi ‘Aqidah
‘Aqidah (اَلْعَقِيْدَةُ) menurut bahasa Arab (etimologi) berasal dari kata al-‘aqdu (الْعَقْدُ) yang berarti ikatan, at-tautsiiqu(التَّوْثِيْقُ) yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu (اْلإِحْكَامُ) yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah (الرَّبْطُ بِقُوَّةٍ) yang berarti mengikat dengan kuat.[1]

Sedangkan menurut istilah (terminologi): ‘aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.

Jadi, ‘Aqidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid[2] dan taat kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya, hari Akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang Prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma’ (konsensus) dari Salafush Shalih, serta seluruh berita-berita qath’i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur-an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma’ Salafush Shalih. [3]