Rabu, 30 Mei 2012

SYARAH RIYADHUS SHALIHIN BAB I, HADITS NO.2 (SETIAP ORANG AKAN DIBANGKITKAN DENGAN NIAT MASING-MASING MEREKA)

Hadits No.2

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ زَكَرِيَّاءَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سُوقَةَ عَنْ نَافِعِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ قَالَ حَدَّثَتْنِي عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَغْزُو جَيْشٌ الْكَعْبَةَ فَإِذَا كَانُوا بِبَيْدَاءَ مِنْ الْأَرْضِ يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِمْ وَآخِرِهِمْ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِمْ وَآخِرِهِمْ وَفِيهِمْ أَسْوَاقُهُمْ وَمَنْ لَيْسَ مِنْهُمْ قَالَ يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِمْ وَآخِرِهِمْ ثُمَّ يُبْعَثُونَ عَلَى نِيَّاتِهِمْ

Dari Ummul Mukminin Ummu “Abdillah ‘Aisyah, ia berkata, Rasulullah pernah bersabda : “Nanti akan ada sekelompok pasukan yang akan menyerang Ka’bah. Kemudian ketika mereka sampai di suatu tanah lapang, mereka semua dari orang yang berada paling depan sampai paling belakang dibinasakan (ditenggelamkan ke perut bumi). ‘Aisyah berkata : “Aku bertanya, Ya Rasulullah, bagaimana mereka dibinasakan semua, orang yang berada dibarisan terdepan sampai yang paling belakang, padahal di tengah-tengah mereka terdapat pasar-pasar mereka, dan orang-orang yang bukan dari golongan mereka ?” Beliau menjawab “Mereka di binasakan semua, yang berada di baris terdepan sampai yang paling belakang, kemudian nanti mereka akan dibangkitkan sesuai dengan niat masing-masing dari mereka.” (Mutafaq ‘alaih, dan lafadz tersebut milik al-Bukhari).

Pengesahan Hadits :
Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, (IV/338-Fath) dan Imam Muslim (2884).

Kosa kata asing :
جَيْشٌ : (sekelompok bala tentara), Wallahu’alam siapa mereka itu. Tetapi lahiriyah hadits-hadits mentarjih bahwa tentara tersebut dikirim untuk memerangi Imam Mahdi ketika berlindung ke Baitullah (Ka’bah). Dan tentara itu berasal dari kalangan umat ini. Sebagaimana yang secara lantang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Mereka bukan orang-orang yang merusak Ka’bah, karena orang-orang yang merusak Ka’bah itu orang-orang Habasyah. Ada juga hal lain yang perlu dicermati, bahwa Habasyah berhasil menyerang Baitullah, tetapi tentara ini dibinasakan sebelum berhasil mencapainya.
اَلْبَيْدَاءُ : Setiap Tanah lapang yang tidak terdapat sesuatu pun diatasnya. Sebagian perawi hadits menafsirkannya sebagai tanah lapang di kota Madinah, yaitu sebuah tempat yang terletak diantara Makkah dan Madinah yang merupakan pelataran yang berada di depan Dzulhulaifah menghadap ke arah Makkah.

Senin, 28 Mei 2012

APA CIRI-CIRI AL-FIRQATUN NAJIYAH (GOLONGAN YANG SELAMAT)

Tanya :
Apa saja ciri-ciri yang menonjol pada al-Firqatun Najiyah, dan apakah tidak terpenuhinya ciri-ciri tersebut menyebabkan seseorang keluar dari al-Firqatun Najiyah ?

Jawab :
Ciri-ciri al-Firqatun Najiyah yang paling menonjol adalah berpegang teguh terhadap apa yang dianut oleh Rasulullah dari segi aqidah, ibadah, akhlaq dan mu'amalah. Pada empat masalah ini al-Firqatun Najiyah memiliki ciri-ciri yang menonjol.

Pada masalah aqidah, ia berpegang teguh dengan petunjuk Kitabullah dan Sunnah Rasul, Tauhidnya murni baik uluhiyah, rububiyah maupun asma wa shifat.

Dalam ibadah ia memiliki ciri khas yaitu kesempurnaannya dalam berpegang teguh dan pelaksanaannya terhadap apa-apa yang dianut oleh Rasulullah, dalam semua ibadah, macam-macamnya, tata caranya, kadarnya, waktunya, tempatnya dan sebab-sebabnya. Kelompok ini tidak akan membuat hal yang baru dalam agama Allah. Mereka sangat menjaga adab Allah dan Rasul-Nya sehingga mereka tidak akan lancang terhadap keduanya dengan menambahkan suatu ibadah yang tidak diijinkan oleh Allah.

Minggu, 27 Mei 2012

MERAIH KECINTAAN ALLAH

Ada sepuluh kiat untuk menggapai kecintaan Allah dan agar Allah mencintai kita :
  1. Membaca Al-Qur'an dengan merenungi kandungannya
  2. Melaksanakan amalan-amalan sunnah
  3. Selalu berdzikir pada setiap keadaan, baik dengan lisan, hati dan anggota badan
  4. Mendahulukan kecintaan Allah daripada kemauan hawa nafsu
  5. Menghayati nama dan sifat Allah
  6. Memperhatikan nikmat-nikmat Allah, baik yang lahir maupun yang batin
  7. Merendahkan hati sepenuhnya dihadapan Allah
  8. Munajat kepada Allah disaat turun-Nya (sepertiga malam terakhir), membaca kalam-Nya, menghadirkan hati dihadapan-Nya, kemudian menutup semua itu dengan taubat dan Istighfar.
  9. Berkawan denganorang-orang shaleh dan memetik buah kebaikan mereka
  10. Menjauhkan segala sebab yang dapat menghalangi antara hati dengan Allah

    Dengan sepuluh kiat ini, seorang hamba akan dapat meraih kecintaan. Kunci semua itu adalah dua hal : Kesiapan hati untuk mengamalkannya dan terbukanya pandangan. Hanya kepada Allah-lah kita memohon pertolongan.
    (Madarijus Salikin, Ibnul Qayyim 2/596-597) 

Istighfar, Kunci Rizki


Ibnu Subaih pernah berkata : “Pernah ada seorang datang mengadu kepada Hasan Bashri akan kemarau yang berkepanjangan, maka beliau berkata kepada orang tersebut: ‘Perbanyaklah Istighfar (minta ampun) kepada Allah !’, ada orang datang lagi mengeluhkan kemiskinan yang menimpanya, maka beliau berkata kepadanya : ‘Perbanyaklah Istighfar kepada Allah !’, Orang ketiga datang mengadu seraya berkata : ‘Tolong doakan saya agar di karuniai anak.’ Beliaupun menjawab : ‘Perbanyaklah Istighfar kepada Allah !’ Orang keempat datang juga mengeluhkan kebunnya yang gersang, beliau pun berkata : ‘Perbanyaklah Istighfar kepada Allah !’ Kami pun heran akan jawabannya yang selalu itu, tak berubah dan menanyakannya kepada beliau, lalu beliau berkata : “Jawaban itu bukan dariku, bukankah Allah telah berfirman dalam Surat Nuh : 10-11

 فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا
يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا
 وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا

10. Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya
  
   Dia adalah Maha Pengampun-,
11. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat,
12. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan Mengadakan untukmu kebun-kebun
    
 dan Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.
(al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, al-Qurthubi 18/261)